Rabu, 22 Januari 2014

STANDAR MUTU BENIH UNTUK BIBIT KELAPA SAWIT











STANDAR MUTU BENIH UNTUK BIBIT KELAPA SAWIT



Hetty L.E Manurung



        Kelapa sawit adalah tanaman komoditas utama perkebunan Indonesia, di- karenakan nilai ekonomi yang tinggi dan kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati terbanyak diantara tanaman penghasil minyak nabati yang lainnya (kedelai, zaitun, kelapa, dan bunga matahari). Kelapa sawit dapat menghasilkan minyak nabati sebanyak 6 ton/ha, sedangkan tanaman yang lainnya hanya menghasilkan minyak nabati sebanyak 4-4,5 ton/ha (Sunarko, 2007).Kelapa sawit dikenal sebagai penghasil minyak sayur,minyak industry,maupun bahan bakar nabati (biodiesel) yang berasal dari Amerika. Brazil dipercaya sebagai tempat di mana pertama kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman ini menyebar ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan. Benih kelapa sawit pertama kali yang ditanam di Indonesia pada tahun 1984 berasal dari Mauritius, Afrika. Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt (Jerman) pada tahun 1911.

        Untuk memperoleh tanaman kelapa sawit yang berkualitas, salah satunya adalah dengan penggunaan benih yang berkualitas serta melakukan pembibitan yang benar. Karena pemilihan benih dan proses pembibitan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan repoduksi dari tanaman kelapa sawit dikemudian harinya. Benih sebagai biji yang dimanfaatkan sebagai bahan perbanyakan merupakan salah satu faktor yang penting dalam kegiatan budidaya tanaman.  Sejak mulai mengenal kegiatan budidaya tanaman, petani telah menyadari bahwa benih yang bermutu secara kualitas dan kuantitas akan sangat mendukung dalam peningkatan hasil.  Kesadaran ini menyebabkan petani sangat berhati-hati dalam memilih benih yang akan digunakan.

     Seiring dengan perkembangan produk pertanian yang menuntut adanya peningkatan produksi yang seimbang dengan kebutuhan di tingkat masyarakat, maka secara kualitas benih yang digunakan dalam budidaya tanaman harus lebih baik.  Sutopo (2004) menyatakan bahwa benih dituntut untuk bermutu tinggi, sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang maju.

        Penggunaan benih yang bermutu rendah akan mengakibatakn kerugian terhadap biaya dan waktu yang telah dikeluarkan oleh petani.  Walaupun kondisi lingkungan dan teknologi budidaya merupakan factor yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, akan tetapi pemilihan benih bermutu tidak kalah pentingnya.

        Persyaratan Benih yang baik untuk bibit kelapa sawit harus berasal dari indukan yang jelas dan berkualitas baik. Saat ini di Indonesia terdapat 10 (sepuluh) produsen benih resmi dalam negeri yang menyediakan benih untuk bibit kelapa sawit yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, PT London Sumatera (Lonsum), PT Socfin, PT Tunggal Yunus Estate, PT Dami Mas Sejahtera, PT Bina Sawit Makmur, PT.Tania Selatan, PT.Bakti Tani Nusantara; PT.Sasaran Ehsan Mekarsari dan PT.Sarana Inti Prasarana (SAIN).Benih-benih yang dihasilkan oleh produsen resmi ini telah mengalami proses introduksi yang sedemikian rupa dan berulang-ulang sehingga menghasilkan kualitas sangat baik, berasal dari indukan yang jelas asal usulnya (Anonim,2013).

Menurut Sutopo (2004), terdapat 3 pengertian mutu benih yaitu :

  1. Mutu genetik, yaitu penampilan benih murni dan spesies atau varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetik dari tanaman induknya, mulai dari benih penjenis, benih dasar, benih pokok sampai benih sebar.
  2. Mutu fisiologis, menampilkan kemampuan daya hidup atau viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih.  Bermula dari kemampuan daya hidup awal yang maksimum saat masak fisiologis dan tercermin pula pada daya simpannya selama periode tertentu, serta bebas dari kontaminasi hama dan penyakit.
  3. Mutu fisik, yaitu penampilan benih secara prima bisa dilihat secara fisik, antara lain dari ukuran yang homogen, bersih dan kemasan menarik

Oleh karena itu kualitas dari bibit ditentukan oleh benih yang kita pakai.

        Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibedakan menjadi Dura, Pisifera dan Tenera.

  1. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap dapat memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak berkisar 18%.
  2. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah.
  3. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging per buahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28%.

Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2009), ada dua jenis bahan tanamkelapa sawit yang diproduksi yaitu kecambah dan bibit. Standart kecambah kelapa sawit yang baik adalah:

- Berat benih minimal 0,8 gr;

- Panjang radikula dan plumula ±2 cm;

- Warna radikula dan plumula putih kekuningan;

- Arah tumbuh radikula dan plumula berlawanan arah;

- Bebas dari OPT.

Bibit terdiri dari 2 jenis Yaitu:

1.    Pre Nursery

      Standart mutu yang baik untuk Pre Nursery adalah :

      - Umur 3-4 bulan;

      - Jumlah daun 3,5 –4,5 helai dalam keadaan sempurna;

      - Tinggi Tanaman 20,0 s/d 25,0 cm;

      - Bebas dari OPT.



Ciri fisik bibit yang diafkir :

  1. Pucuk bengkok atau daun berputar : akibat penanaman kecambah yang terbalik atau faktor genetik
  2. Daun lalang atau daun sempit (narrow grass leaf) : akibat faktor genetik
  3. Daun kerdil dan sempit (stump/little leaf)
  4. Daun menyempit dan tegak (acute/erect leaf)
  5. Daun yang menggulung (rolled leaf) : akibat factor genetic
  6. Daun berkerut/keriput (crinkle leaf) : akibat factor genetic
  7. Daun melipat sehingga ujung daunnya membulat seperti mangkok (collante) : akibat kekurangan air
  8. Bibit kerdil atau Dwarfish: akibat factor genetic
  9. Chimaera : sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah pucat atau bergaris kuning terang yang sangat kontras dengan warna hijau gelap dan jaringan yang normal
  10. Bibit dengan serangan penyakit berat
2.    Main Nursery

      Standart bibit yang baik adalah:

      - Umur bibit 10-12 bulan;

      - Tinggi bibit 101,9 – 126,0 cm;

      - Jumlah daun 15,5 –18,5 pelepah;

      - Diameter batang5,5 – 6,0 cm;

      - Warna daun dan pelepah hijau tua;

      - Bebas dari OPT;

      Ciri bibit abnormal di Main Nursery

     1. Kerdil (runt/stunted)

         Bibit yang pertumbuhan vegetatifnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bibit  seumurnya

     2. Bibit erect

         Faktor genetis, daun tumbuh dengan sudut yang sangat  sempit/tajam terhadap sumbu vertikal sehingga

         seperti tumbuh tegak.

     3. Bibit yang layu dan lemah (limp)

         Penampilan pucat dan pertumbuhan daun muda cenderung lebih pendek dari yang seharusnya

     4. Bibit flat top

         Faktor genetik, daun yang baru tumbuh dengan ukuran yang makin pendek dari daun tua, sehigga tajuk bibit

         terlihat rata

     5. Short internode

         Jarak antara anak daun pada tulang pelepah (rakhis) terlihat dekat dan bentuk pelepah tampak pendek

     6. Wide internode

         Jarak antara anak daun pada rakhis terlihat sangat lebar. Bibit terlihat sangat terbuka dan lebih tinggi dari

         normal

     7. Anak daun yang sempit (narrow pinnate)

         Bentuk helai daun tampak sempit dan tergulung sepanjang alur utamanya (lidi) sehingga bentuknya seperti

         jarum

     8. Anak daun tidak pecah (juvenile form)

         Helai anak daun tetap bersatu seluruhnya atau tidak pecah

     9. Daun berkerut (crinkle leaf)

         Daun terlihat berkerut. Gejala berat akibat factor genetic, gejala ringan disebabkan karena kekurangan air

    10. Chimaera

        Sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah menjadi pucat atau bergaris kuning terang yang sangat

        kontras dengan warna gelap dari jaringan yang normal

    11. Crown Diseases/ penyakit tajuk

         Faktor genetik, pelepah bengkok dan mudah patah

    12. Blast

         Bibit berubah secara progresif ke arah coklat dan perlahan dimulai dari daun yang tua bergerak ke daun yang

         lebih muda

    13. Terserang hama dan penyakit

         Terserang busuk pucuk dan hama/penyakit yang harus dipisahkan



Standar pertumbuhan bibit kelapa sawit berdasarkan umur dari tanaman kelapa sawit dapat kita lihat dalam tabel1.
Tabel 1: Standar Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit pada Beberapa Tingkat Umur Bibit

Umur  (bulan)
Jumlah Pelepah (helai)
Tinggi Bibit (cm)
Diameter Batang (cm)
3
3,4
20,0
1,3
4
4,5
25,0
1,5
5
5,5
32,0
1,7
6
8,5
35,9
1,8
7
10,5
52,2
2,7
8
11,5
64,3
3,6
9
13,5
88,3
4,5
10
15,5
101,9
5,5
11
16,5
126,0
6,0
12
18,5
126,0
6,0
(Sihombing, 2013).

Selain dari faktor dari benih itu sendiri banyak hal yang mempengaruhi kualitas dari bibit yaitu:

  1. Faktor Lingkungan (letak lahan, iklim);
  2. Pemeliharaan(penyiraman, pemupukan, sanitasi lahan).

Untuk menghasilkan bibit yang berkualitas diperlukan pemilihan benih yang baik dan berkualitas atau sesuai standart, oleh karena itu didalam pembibitan perlu dilakukan pengawasan yang baik. Disarankan juga kepada para petani atau pengguna bibit lebih mengutamakan kualitas dari pada harga, agar tidak ada penyesalan nantinya. Jika petani sudah mengutamakan kualitas maka akan menutup peluang buat penangkar yang menjual bibit illegal.

Sumber : ditjenbun.deptan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar